Bermain Peran

Bermain Peran

Wah, sebelumnya si ibuk gak pernah tau kalo bermain peran ini ternyata banyak banget gunanya.

Sampai akhirnya kemarin si ibuk ikut kelas Program Pendidikan Orang Tua. Main peran ini terbagi dua, ada main peran besar (anak yang berperan) dan ada main peran kecil (anak memainkan alat pengganti misal: boneka). Tapi kali ini si ibuk akan bahasnya main peran besar aja ya. Nanti main peran kecil yang tingkat kesulitannya lebih tinggi akan dibahas di kesempatan berikutnya.

Ternyata, salah satu manfaatnya main peran adalah dapat membangun empati dan simpati pada anak karena merasakan dirinya berada di posisi orang lain.

Misalnya: anak bermain peran sebagai kasir yang pelanggannya lagi ramai. Dia akan merasakan ternyata bekerja sebagai kasir itu enggak segampang yang dibayangkan. Sehingga nantinya dia enggak cepat sebeeel kalo di kehidupan nyata ketemu kasir yang kerjanya dianggap lambat, karena sudah pernah ngerasain repotnya ketika berperan sebagai kasir. Demikian juga ketika dia telah memainkan peran-peran lainnya.

Kalo jaman si ibuk dulu taunya cuma main ibu-ibuan aja. Walaupun mainnya sama saudara laki-laki, judulnya tetep main ibu-ibuan. Jadi seorang anak bisa tau perannya sebagai ayah yang sesuai, atau bisa berperan sebagai ibu yang baik.

Kalau tau sebegini pentingnya bermain peran, dulu anak-anak si ibuk seharusnya disuruh main peran aja yang banyak. Memainkan peran berbagai profesi. Tapi berhubung baru dapat ilmunya sekarang, dan sepertinya udah agak telat buat dipraktekkan ke anak-anak si ibuk (eh ga ada kata-kata terlambat kali ya), jadi ya di-share aja mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi teman-teman lain dan dapat mempraktekkan pada anak-anaknya.

Main peran ini bukan cuma buat tema keluarga atau profesi aja, di rumah bisa juga bermain peran sesuai dengan tema disekolah. Misalnya untuk mempelajari insect, bisa dibuat main peran sebagai lebah, ataupun sebagai semut. Tapi tetep sebelumnya anak-anak harus diperkenalkan mengenai tema ini dari diskusi yang ada, seperti tugas dan aktivitas lebah, dll. Kalo seperti gini kan belajar jadi makin seru ya.

Misalnya nih ya, Tema: Serangga - Lebah. Anak-anak bisa ada yang menjadi ibu ratu lebah yang kerjanya hanya bertelur, ada lebah pekerja yang kerjanya mencari madu, ada manusia yang menjadi ancaman bagi lebah (sehingga lebah pekerja yang punya kesempatan satu kali menyengat harus mempergunakan kesempatan itu dengan bijak), dan lain-lain. Jadi, bermain peran ini seharusnya bisa jadi ajang belajar banyak banget bagi anak-anak untuk berbagai macam profesi dan pelajaran mengenai alam. Enggak cuman berperan ibu-ibuan, masak-masakan atau dokter-dokteran yang selama ini sering dimainkan pada umumnya. Bisa untuk berbagai tema profesi dan lainnya: mulai dari arsitek sampai tukang batu, atau dari semut sampai jadi pohon toge. Tapi tentunya dengan pengawasan dari kita supaya ada pembelajaran yang diperoleh anak-anak, nggak hanya sekedar main peran belaka. Seru kan?

Berdasarkan buku tema yang si ibuk baca, waktu bermain peran kira kira 1 jam dan dibutuhkan minimal 6 (enam) anak agar main peran ini dapat dimainkan dengan optimal. Jadi, apakah ini bisa jadi alasan si ibuk buat ngajuin proposal tambah anak ke si ayah ya 😝😝😝 (pasti kalo baca ini si ayah pura pura pingsaaan 😅😅)

Image source: smartcostume